Selasa, 10 September 2019

Bukit Kapur Batu Kapur Fatu Nausus



Timor Tengah Selatan memilik kekayaan alam dan beragam destinasi wisata yang tak kalah menarik dan sayang bila Anda lewatkan. Salah satu yang menjadi favorit adalah destinasi wisata bukit batu kapur, Fatu Nausus.
Fatu Nausus sejatinya adalah bukit batu karst yang menjulang tinggi sehingga telah tampak bila Anda tengah berada di daerah Kapan, ibu kota kecamatan Mollo Utara.
Anda yang hendak menikmati pesona Fatu Nausus, mesti menyiapkan diri dan berangkat lebih awal untuk mendapatkan momen yang lebih menakjubkan dengan suasana pagi hari yang sejuk.
Fatu Nausus ini berdiri di dalam destinasi wisata bernama Fatumnasi. Selain Fatu Nausus, di dalamnya terdapat pula destinasi lain yang tak kalah menarik yang biasa diisi oleh pengunjung yang sedang berlibur bersama keluarga.
Anda perlu bersabar sebab jalan yang mesti disusuri untuk menuju Fatu Nausus belum sepenuhnya baik, insfrastruktur di kanan kiri tak cukup menunjang untuk menuju ke destinasi wisata yang menakjubkan ini.
Pintu gerbang di kawasan wisata Fatu Nausus ini terdiri atas potongan-potongan kayu dengan pagar yang dibuat sederhana dari batang-batang pohon yang ada.
Anda kemudian perlu menyusuri jalan sekitaran beberapa puluh meter dahulu dari pagar untuk sampai ke bawah bukit karst ini.

Sesampai di sana, Anda akan mendapati  pemandangan bukit yang dindingnya tegak lurus licin, dinding ini lurus licin bukan dibentuk oleh alam tapi oleh tangan manusia melalui teknologi yang dimilikinya


Bukit yang terpotong tegak lurus ini hasil dari eksplorasi perusahaan tambang marmer. Bukit-bukit karst yang menjulang ini dipuja dan dijaga masyarakat karena dianggap keberadaannya memberikan kehidupan bagi sekitarnya juga dipuja oleh para pebisnis.
Bukan oleh karena kemistisannya namun lebih kepada nilai ekonominya. Dibalik batu-batu terjal inilah tersimpan potensi batu marmer yang konon berkualitas nomor dua di dunia.

Pantai Kolbano yang Mempesona

Jika biasanya keindahan pantai didukung dengan adanya hamparan pasir putih, Pantai Kolbano berbeda dengan pantai lainnya namun tetap menawan.
Pantai Kolbano terletak di desa Kolbano, Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT. Pantai Kolbano yang merupakan salah satu pengembangan lokasi wisata baru di daerah tersebut memiliki taburan batu warna-warni disepanjang bibir pantai.
Taburan batu warna-warni di pinggir pantai berpadu laut biru muda yang membentang luas mampu memanjakan siapapun yang berkunjung ke Pantai Kolbano. Tak heran jika taburan batu warna-warni ini menjadi ciri khas dan daya tarik Pantai Kolbano yang menjadi salah satu potensi wisata Indonesia.
Warna bebatuan tersebut terdiri dari warna standart batu hingga berwarna itam, putih, kelabu hingga warna-warna yang cantik seperti merah, merah muda (pink), coklat, peach, jingga, abu-abu kehijauan dan berwarna gradasi.

Karena tergolong sebagai tempat wisata baru di Kolbano, NTT, Pantai Kolbano belum diimbangi dengan fasilitas yang memadai seperti toilet, gazebo, musholla maupun tempat berteduh.
Untuk mencapai ke Pantai Kolbano, Anda harus menempuh jarak sejauh 136 km dari Kupang sekitar 3 jam berkendara. Anda harus menyewa kendaraan di Kupang karena sampai sekarang belum ada kendaraan umum yang menjangkau Pantai Kolbano.



Senin, 09 September 2019

Indahnya Gunung Mutis

Mungkin banyak traveler yang pernah mendaki gunung di Pulau Jawa, tapi bagaimana dengan NTT. Di sana ada juga gunung yang asyik didaki, misalnya Gunung Mutis.

Berbeda dengan gunung di Jawa yang memiliki ketinggian rata-rata diatas 3.000 Mdpl, gunung tertinggi di Nusa Tenggara Timur ini hanya memiliki ketinggian 2.427 Mdpl. Tidak banyak pendaki Gunung Mutis, bahkan bisa dibilang hampir sepuluh tahun terakhir tidak ada yang mendaki gunung ini.







Sekalipun tidak terlalu tinggi, gunung tetaplah gunung. Butuh perjuangan ekstra untuk menggapainya. Berada di kawasan Fatumnasi Tobu, Gunung Mutis bisa dicapai melalui perjalanan darat selama 7 jam dari Kupang.

Kami berangkat bertujuh, dari Kupang menuju Fatumnasi Tobu. Start jam 22.00 WITA, kami sampai di Fatumnasi Tobu pada pukul 05.00 pagi. Ini adalah pos terakhir yang bisa dijangkau dengan mobil.

Untuk mendaki Mutis, kepala adat melarang kami untuk jalan di malam hari, mengingat Mutis masih gunung liar dan terbilang angker. Matahari mulai terbit dari balik bukit, mulailah kami menuju puncak Gunung Mutis.

Hamparan savana dengan sapi-sapi liar menambah suasana Mutis seperti daratan di Afrika. Sepanjang perjalanan dominasi taman bonsai berumur ratusan tahun juga menambah eksotisme daerah ini.

Urusan pemandangan alam, kawasan Indonesia Timur memang juaranya. Dalam pepatah traveling semakin susah mencapai suatu lokasi, maka semakin bagus lokasi alam di wilayah tersebut ternyata ada benarnya.

Sebelum memasuki jalur trekking, kita harus melewati jalan makadam yang rusak. Tidak ada porter dan orang berjualan di Gunung Mutis. Jadi jika memutuskan untuk naik ke puncak, kita mesti mempersiapkan kondisi fisik yang prima serta perbekalan cukup .

Suhu di Mutis masih di kisaran 19 derajat Celcius. Tidak seperti kebanyakan gunung yang dilengkapi kaldera, Puncak Mutis justru berada dalam kawasan hutan dan hanya ada satu batu penanda bertuliskan 2.427 mdpl. Meski begitu, dari atas tampak gulungan awan dan padang savana hijau berjajar rapi.

Tergolong gunung tidak aktif, Mutis menjadi gunung yang bisa dibilang aman secara alam. Tapi yang harus diwaspadai adalah hewan liar seperti harimau yang masih berkeliaran. Perjalanan 3 jam ke atas puncak terbayar lunas dengan pemandangan alam yang sempurna.

(Andik Setiawan)

Link:https//m.detik.com/travel/dtravelers_stories/u-3312785/mau-mendaki-di-ntt-coba-ke-gunung-mutis/5



Jumat, 06 September 2019

Desa Wae Rebo Desa Di Atas Awan

Di indonesia kita bisa menemukan destinasi wisata yang tidak kalah dengan wisata yang ada di luar negeri. Sebagai contoh adalah di Indonesia Timur, salah satu destinasi wisata yang paling menyita perhatian adalah Wae Rebo, Sebuah desa yang eksotis di Pulau Flores.
Wae Rebo  adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Satarmese Barat, Kabupaten Manggarai,Nusa Tenggara Timur. Lokasi dari Wae Rebo terbilang sangat terpencil dan terisolasi karena terletak di balik hutan. Anda harus menembus hutan sepanjang 9 km untuk bisa mencapai desa terdekat dengan Wae Rebo.

Untuk perjalanan ke Wae Rebo terdapat beberapa cara yang bisa di ikuti. Cara pertama adalah dari Labuan Bajo menuju Ruteng, setelah sampai di Ruteng, Anda bisa melanjutkan perjalanan menggunakan ojek menuju Dintor. Dintor adalah desa terakhir yang bisa di akses dengan kendaraan sebelum sampai ke Wae Rebo. Untuk perjalanan dengan memakai ojek di perlukan waktu 2 jam dan dengan tarif 150.000 Rupiah, Cukup mahal untuk ongkos sebuah ojek karena tarif ojek ini bukan tarif ojek pada umumnya dan harga yang anda bayar setimpal dengan perjalanan yang anda tempuh seperti meyusuri hutan, melewati bukit terjal.


Cara kedua dengan menggunakan truk ( oto kayu ) dari Ruteng. Dari Terminal Bus Mena, Truk ini akan membawa anda melewati Desa Cancar, Pela, Todo, dan Dintor sebelum anda akhirnya sampai di Desa Denge. Oto kayu biasanya berangkat dari terminal pada sore hari. Perjalanan di tempuh dalam waktu sekitar 3 -3.5 jam.
Cara ketiga bisa juga menggunakan perahu. Rute yang harus anda tempuh adalah melalui Labuan Bajo menuju selatan ke arah desa pesisir Nangalili. Biaya yang harus di keluarkan adalah sekitar 400.000 Rupiah. Karena tidak ada jadwal perahu maka di sarankan anda menyewa kapal di muka. Perjalanan memakai perahu di tempuh dalam waktu 2 jam dan membawa anda menyebrang ke Pulau Mules. Setelah tiba di Dintor, di lanjutkan dengan melakukan perjalanan ke Dengen dengan ojek. Tarif ojek sekitar 10.000 Rupiah dengan waktu perjalanan 20 menit.

 Cara ke Wae Rebo yang keempat adalah dengan hiking. Hiking atau mendaki ini dapat Anda tempuh dengan mengambil jalan antara homestay lokal dan SDK desa (SD). Selama perjalanan, Anda akan melalui tiga tempat istirahat, yaitu Sungai Wae Lomba yang kurang dari satu jam perjalanan dari Denge. Kemudian setelah trekking selama satu jam, Anda akan menemukan tempat peristirahatan kedua, yaitu Pocoroko.Dan pengunjung yang ingin melakukan panggilan telepon dan mengirim pesan teks dari ponsel tidak akan bisa bila sudah mencapai desa karena tidak ada sinyal selular di Wae Rebo.

 Bila dibandingkan dengan wisatawan dari dalam negeri, sesungguhnya Wae Rebo sudah lebih dulu terkenal sebagai sebuah tempat wisata di kalangan wisatawan asing. Sejak sebelum tahun 2000an, sudah banyak wisatawan asing yang datang berkunjung ke Wae Rebo. Oleh karena itu, mulai awal tahun 2000an penduduk setempat berupaya untuk mengenalkan Wae Rebo pada masyarakat luas di Indonesia, dengan cara memasang foto-foto desa mereka di beberapa hotel ataupun travel agent di Ruteng.

Bila mau, Anda juga bisa merasakan bermalam di Niang Mbaru, menikmati makan malam dan bersosialisasi dengan masyarakat Wae Rebo secara langsung. Selama bermalam di sana, Anda akan tidur beralaskan tikar yang dianyam dari daun pandan lengkap dengan kehangatan keluarga yang tinggal di sana.



sumber link : https://worldwidetravel16.wordpress.com/2016/02/21/desa-wae-rebo-salah-satu-destinasi-wisata-yang-terkenal-di-flores/

Kamis, 05 September 2019

Pesona bukit Kelabba Manja

Kepingin jalan-jalan menyaksikan Painted Hills Oregon? Sebelum anda pergi jauh-jauh ke luar negeri sana ada baiknya kalau kamu mengunjungi objek wisata serupa yang ada di tanah air.
Bukit warna-warni bisa kita temui di bagian timur Indonesia, tepatnya di Nusa Tenggara Timur. Bukit ini bernama Kelabba Maja dan berlokasi di Pulau Sabu (kadang disebut Sawu), Kecamatan Hawu Mehara, Kabupaten Sabu Raijua. Lokasinya berdekatan dengan pantai selatan Sabu

Sama seperti Painted Hills, Kelabba Maja juga memiliki ciri khas berupa tebing serupa deretan tabung yang bercorak. Sekilas tampak seperti disapu dengan kuas raksasa. Kita bisa menemukan lapisan warna biru, putih, coklat, dan merah di antara bebatuan Kelabba Maja. Selain bukit pelangi, Kelabba Maja juga memiliki beberapa batu keseimbangan yang dianggap sebagai perlambang ayah, ibu, dan anak. Ketiga batu ini berdiri dengan kokoh di pucuk tebing yang meruncing.

Kelabba Maja dianggap sebagai tanah dewa oleh penduduk setempat, terutama warga desa Gelanalalu. Mereka percaya bukit-bukit penuh warna itu merupakan tempat berdiamnya dewa Maja. Di sana juga terdapat batu yang digunakan sebagai altar pemujaan bagi sang dewa. Setiap tahun masih diadakan ritual penyembelihan kurban demi memohon perlindungan dari Maja.

Karena kesakralan tempat ini bagi para penduduknya, jangan heran kalau pengunjung diminta untuk menjaga sikap selagi pelesir di sini. Berkata-kata kotor merupakan salah satu larangan yang sebaiknya ditaati demi kenyamanan bersama.

 Kelabba Maja merupakan salah satu objek wisata alam yang patut dikunjungi di Nusa Tenggara Timur. Tak sedikit pecinta travelling yang kepincut dengan keindahannya melalui foto-foto keren di Instagram. Sayangnya seperti kebanyakan objek wisata yang nyaris masih perawan, Kelabba Maja juga sulit diakses.

Untuk mencapainya, wisatawan harus menempuh perjalanan dari Kupang ke Sabu. Setelah itu masih harus dilanjutkan dengan berjalan kaki mendaki jalan bertanjakan selama 2 jam.

Kondisi infrastruktur menuju kawasan ini masih belum terlalu memadai. Jadi dibutuhkan fisik yang prima untuk mencapainya. Karena itulah Kelabba Maja dianggap kurang cocok untuk wisata bersama keluarga.

Nah, masih mau mampir ke luar negeri  ? Mampir ke Kelabba Maja saja dulu.

sumber : merdeka